UNIVERSITAS AIRLANGGA



Detail Article

Jurnal Jejaring Administrasi Publik

ISSN 2086-3101

Vol. 15 / No. 2 / Published : 2019-01

Order : 7, and page :240 - 250

Related with : Scholar   Yahoo!   Bing

Original Article :

Early developing village tourism: historiography, perception, and community participation on the gadjah mada site in lambang kuning village

Author :

  1. Samidi M Baskoro*1
  2. Sarkawi B Husain*2
  3. Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari*3
  1. Dosen Fakultas Ilmu Budaya
  2. Dosen Fakultas Ilmu Budaya
  3. Dosen Fakultas Ilmu Budaya

Abstract :

The past is present today through cultural heritage (historical heritage sites), but some ordinary people do not know the importance of the value of these objects, as evidenced by the trade in fragments of artifacts. This action is driven by economic motives and has no knowledge of historical objects. The main problem is how to build knowledge and awareness of historical heritage objects? The answer to this problem can be the elements used as initial capital to develop village tourism. The main value of the development of village tourism is the creation of public spaces where people can relax and gather at leisure. The development of village tourism should not be driven by economic motives that are often echoed by various parties. The methods used to elaborate are observation, in-depth interviews to find collective memory, and counseling or workshops. The findings obtained from observations, interviews, and literature studies are the use of historical sites as a destination for village tourism must be supported by the prerequisites for development, namely the knowledge of local communities on the site will foster awareness of historical heritage, uniformity of perception about the function of the site not for religious purposes, and participation community in site preservation.    Masa lalu hadir masa kini melalui warisan budaya (situs peninggalan sejarah), tetapi sebagian masyarakat awam tidak mengetahui pentingnya nilai benda-benda ini, terbukti dari adanya perdagangan serpihan artefak. Tindakan ini didorong oleh motif ekonomi dan tidak memiliki pengetahuan pada benda-benda sejarah. Pokok permasalahan adalah bagaimana upaya membangun pengetahuan dan kesadaran pada benda-benda peninggalan sejarah? Jawaban persoalan ini dapat menjadi unsur-unsur yang digunakan sebagai modal awal mengembangkan wisata desa. Nilai pokok pengembangan wisata desa adalah penciptaan ruang publik tempat bersantai dan berkumpul bagi anggota masyarakat setempat pada waktu senggang. Pengembangan wisata desa tidak harus didorong oleh motif ekonomi yang seringkali digaungkan oleh berbagai pihak. Metode yang digunakan untuk menguraikan adalah observasi, wawancara mendalam untuk menemukan memori kolektif, dan penyuluhan atau workshop. Temuan yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi literatur adalah pemanfaatan situs sejarah sebagai destiasi wisata desa harus didukung oleh prasyarat pengembangan, yakni pengetahuan masyarakat lokal pada situs akan menumbuhkan kesadaran pada peninggalan sejarah, penyeragaman persepsi mengenai fungsi situs bukan untuk kepentingan religi, dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian situs. 

Keyword :

historical relics, historical awareness , village tourism, Nganjuk,


References :

Maryono O’ong. ,(2000) Pencak Silat Merentang Waktu. cet.II : Yogyakarta:Yayasan Galang

Milles, M.B and Huberman, M.A.,(1984) Qualitive Data Analysis. 1 : London: Sage Publication.





Archive Article

Cover Media Content

Volume : / No. : / Pub. :