UNIVERSITAS AIRLANGGA



Detail Article

MOZAIK HUMANIORA

ISSN 2442-8469

Vol. 15 / No. 1 / Published : 2015-01

Order : 8, and page :89 - 105

Related with : Scholar   Yahoo!   Bing

Original Article :

Cultural violence, political violence: chronology and theories of sorcerer’s killings in banyuwangi 1998-1999

Author :

  1. Latif Kusairi*1
  1. Program Pascasarjana Ilmu Sejarah, Universitas Gadjah Mada Jalan Teknika Utara, Pogung, Sleman, Yogyakarta

Abstract :

Tulisan ini membahas  kronologi dan pola kekerasan di Banyuwangi terkait isu dukun santet pada tahun 1998-1999. Kajian ini berupaya menjelaskan karakteristik kekerasan dan pembunuhan dengan melihat  pada  kronologi  kekerasan  yang  terjadi  di  Banyuwangi.  Penelitian  ini  dilakukan  dengan menggunakan metode sejarah, meskipun objek yang dikaji meliputi periode yang relatif kontemporer. Tahapan pertama adalah pengumpulan sumber-sumber data yang relevan, baik meliputi data primer maupun  sekunder.  Data  primer  yang  digunakan  meliputi  beberapa  surat  kabar  dan  wawancara dengan sejumlah saksi sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana unsur budaya setempat sangat mempengaruhi terjadinya kekerasan. Keberadaan santet sebagai bagian dari tradisi masyarakat Banyuwangi  kemudian  berkembang  luas  dan  dikaitkan  dengan  persoalan  agama.  Adanya  unsur budaya yang bertentangan dengan agama kemudian turut diperparah dengan politisasi terhadap kasus santet. Hal ini juga dipengaruhi oleh stigmatisasi terhadap Banyuwangi yang lekat dengan santet, menyebabkan  kekerasan semakin bias. Pada awalnya, kasus santet bisa diselesaikan secara kultural,  akan  tetapi  kemudian  ia  ditanggapi  dengan  kekerasan.  Hilangnya  kontrol  kekuasaan menjadikan masyarakat melakukan tindakan di luar hukum berupa pembunuhan. Semenjak itu kasus santet dipolitisir oleh banyak pihak sehingga menimbulkan tafsir atau teorisasi yang beragam.Kata kunci: Banyuwangi, kekerasan, pembunuhan, santetAbstractThis paper describes the anatomy and chronology of Banyuwangi’s violence related to the rumors of sorcerers in 1998-1999. It sought to explain the character of the violence and killings based on its chronology. This research employed historical method, although the topic raised is quite contemporary. It was started with data collection step, comprising relevant primary and secondary data sources. The primary data used were newspapers and interview results with several people witnessing the event. The result of the study shows that local cultural elements had strong influences. The very existence of magic (sorcery) as element of the local tradition of Banyuwangi society, was later overspread and linked to religious sentiments. The fact of cultural elements that contradict to religion were over- polarized  by  politicization  of  sorcerer  issue.  Banyuwangi  was  also  stigmatized  as  the  ‘homeland’ of sorcery, adding more bias interpretation to the violence. Although initially it tended to be solved culturally, later it triggered more violence response. The loss of ruling control has made the people do illegal action in the outbreak of killings. The politicization of the sorcerer rumors in Banyuwangi had also created multiple interpretations and theoretical speculations.Keywords : Banyuwangi, homicide, sorcery, violence

Keyword :

Banyuwangi, homicide, sorcery, violence,


References :

Welsh, Bridget,(2008) Local and National: Keroyokan Mobbing in Indonesia 473-504 : Journal of East Asian Studies 8





Archive Article

Cover Media Content

Volume : 15 / No. : 1 / Pub. : 2015-01
  1. Forms Of Islam-java Syncretism In Surabaya’s Sunan Ampel Mosque
  2. From Traditional Birth Attendants To Midwives: Health Development Of Mother And Children In Surabaya 1950-1980
  3. Encoding System Of Metrotv’s News Construction In The Beginning Of Indonesia’s Reformation Era
  4. The Use Of Pictures In Scaffolding Young Efl Learners In Writing
  5. Sport Hegemony In Media: A Case Study On Jawa Pos’ Dbl
  6. “we Are Luckier Than Them”: The Reading Of Trans7’s Orang-orang Pinggiran By Kampung People In Surabaya
  7. The Construction Of Style And Social Space In Sydney’s Fixed Gear Bike Subculture
  8. Cultural Violence, Political Violence: Chronology And Theories Of Sorcerer’s Killings In Banyuwangi 1998-1999
  9. Homophobia In Torch Song Trilogy (1988) And Boys Don’t Cry (1999) Films
  10. Revitalisation Of Chinese-surabaya Cultural Values In Strengthening The Nation’s Character