UNIVERSITAS AIRLANGGA



Detail Article

Jurnal THT - KL

ISSN 23378417

Vol. 1 / No. 3 / Published : 2008-09

Order : 1, and page :1 - 8

Related with : Scholar   Yahoo!   Bing

Original Article :

Boa and abr screening in on pediatric patient at audiology outpatient clinic, rsud dr. soetomo surabaya (year 2007)

Author :

  1. Diar Mia Ardani*1
  2. Haris Mayagung Ekorini*2
  1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran
  2. Dosen Fakultas Kedokteran

Abstract :

Proses mendengar pada bayi dan anak sangat kompleks dan bervariasi karena menyangkut aspek tumbuh kembang, perkembangan embriologi, anatomi, fisiologi, neurologi dan audiologi. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak kadang disertai dengan keterbelakangan mental, gangguan emosional maupun afasia perkembangan. Umumnya seorang bayi atau anak yang mengalami gangguan pendengaran lebih dulu diketahui sebagai anak yang terlambat bicara.1,2 Ketulian didefinisikan sebagai gangguan pendengaran lebih dari 90 dB sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk membedakan percakapan.3,4 Tetapi ada juga yang memberi batas ambang pendengaran 70 dB tergolong tuli sangat berat.1 Gangguan pendengaran didapatkan pada 1-3 per 1000 kelahiran bayi, dan meningkat menjadi 2-4 per 100 kelahiran bayi di ruang perawatan intensif.5-8 Penyebab gangguan pendengaran pada anak dibedakan menjadi penyebab masa prenatal, perinatal dan postnatal. Pada masa prenatal dibedakan menjadi non genetik dan genetik.2,4 Pemeriksaan pendengaran terhadap bayi dan anak dilakukan dengan cara subyektif ataupun obyektif. Jenis pemeriksaan subyektif meliputi Behavioral Observation Audiometry (BOA), Visual Reinforcement Audiometry (VRA), Conditioned Play Audiometry (CPA). Tes obyektif meliputi timpanometri, Otoacustic Emissions (OAE), Auditory Brainstem Response (ABR), dan  Auditory Steady State Respons (ASSR).1,4,6 BOA merupakan salah satu jenis pemeriksaan subyektif dengan teknik pemeriksaan menilai tajam pendengaran dengan melihat respon spontan pada anak terhadap stimulus suara seperti refleks dan menemukan sumber bunyi. Hal ini dilakukan terhadap bayi baru lahir sampai umur 7 bulan.1,6 Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati perubahan tingkah laku pasien terhadap stimulus suara yang dikeluarkan dari suatu alat dengan speaker khusus.1,6,11 Tes ini merupakan skrining yang memberikan informasi kesesuaian antara usia dengan respon bayi terhadap suara diatas ambang dengar. Keterbatasan metode ini adalah dari kemampuan pengamatan pemeriksa saat menentukan respon terhadap suara yang timbul, dan tidak dapat digunakan untuk menentukan ambang dengar sesungguhnya. Keuntungannya untuk pemeriksaan anak dengan pemakaian ABD, tes ini dapat menunjukkan ambang dengar yang tidak nyaman.1,2,6 Auditory Brainstem Response  adalah suatu teknik pemeriksaan pendengaran secara obyektif dengan menilai fungsi pendengaran sampai dengan tingkat respon di batang otak.1,2,6 Teknik ini bisa digunakan pada bayi baru lahir sampai dewasa, umumnya dilakukan pada anak yang tidak kooperatif.2,6,12 Prinsip pemeriksaannya dengan memberikan stimulasi suara berupa sinyal akustik melalui hantaran udara atau tulang.1,4,6 Hasil rekaman aktivitas neuroelektrik tercatat pada permukaan elektrode yang diletakkan di kepala.6 Respon dinilai berdasarkan munculnya gelombang, bentuk gelombang dan pengukuran masa laten absolut dan masa laten antar gelombang.2,6  Keuntungannya bisa mengetahui ambang dengar pada pasien yang tidak kooperatif, dan mendeteksi adanya kelainan retrokoklear. Kerugiannya memerlukan persiapan khusus sebelum pemeriksaan (anak dalam kondisi ditidurkan).1,2,6 Masing-masing pemeriksaan diatas mempunyai keterbatasan dan keuntungan dalam pemeriksaan ambang dengar terhadap pasien anak-anak dengan gangguan pendengaran.6 Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan yang bermacam-macam bersifat subyektif dan obyektif untuk saling melengkapi sehingga bisa membuat diagnosis gangguan pendengaran sebaik-baiknya.1,2,6

Keyword :

BOA, ABR, Poli Audiologi,


References :

Carlson DL, Reeh HL. ,(2001) Pediatric Audiology. Dalam: Bailey BJ, Jhonson TJ eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Edisi 3. Volume 1 p. 1093-103 : Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins

Kelly DP,(2002) Hearing Problems: Impairment to Deafness. Dalam: Rudolph A, Kamei R, Overby KJ (editor). Rudolph’s Fundamentals of Pediatrics. Edisi 3 p. 485-9 : New York; McGraw-Hill

Brookhouser PE,(2001) Sensorineural hearing loss. Dalam: Bailey BJ, Jhonson TJ eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Edisi 3. Volume 1 p. 1093-103 : Philadelphia; Lippincott Williams & Wilkins

Ekorini HM,(2006) Deteksi dan intervensi dini gangguan pendengaran pada anak. Dalam: Mulyarjo, Kentjono WA, Harmadji eds. Naskah Lengkap Seminar Penanganan Gangguan Pendengaran pada Anak. PKB V Ilmu Penyakit THT. p. 15-26 : Surabaya. Lab/SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok. Fakultas Kedokteran Unair/RSUD Dr. Soetomo

Pusponegoro Hardiono D, Wila Wirya IGN, Pudjiadi Anton H, Bisa



Archive Article

Cover Media Content

Volume : 1 / No. : 3 / Pub. : 2008-09
  1. Boa And Abr Screening In On Pediatric Patient At Audiology Outpatient Clinic, Rsud Dr. Soetomo Surabaya (year 2007)
  2. Complication Of Orbital Cellulitis On Maxillaris And Ethmoidalis Sinuses (a Case Report)
  3. Tracheotomy Difficulties On Non-hodgkin Lymphoma Patient With Large Neck Masses (a Case Report)
  4. Anatomy And Physiology Of Eustachian Tube
  5. Diagnosis And Management Of Otosclerosis