Jurnal THT - KL
ISSN 23378417
Vol. 10 / No. 1 / Published : 2017-01
Order : 2, and page :11 - 20
Related with : Scholar Yahoo! Bing
Original Article :
Management of tracheal stenosis using tracheofissure technique and t-tube silicone insertion
Author :
- Diah Ratnasari*1
- Widodo Ario Kentjono*2
- Mahasiswa Fakultas Kedokteran
- Dosen Fakultas Kedokteran
Abstract :
PENDAHULUAN Stenosis trakea pada anak adalah kelainan trakea akibat penyempitan diameter trakea menjadi kurang dari 4 mm yang dapat menimbulkan keluhan sesak mulai derajat ringan sampai berat disertai stridor inspirasi maupun ekspirasi.1,2 Kelainan ini dapat terjadi secara kongenital atau didapat. Penyebab stenosis trakea didapat antara lain akibat trauma, penyakit radang kronik, tumor jinak (papiloma pada saluran napas), tumor ganas (primer di trakea, invasi sekunder dari luar trakea) dan penyakit kolagen vaskular. 2-4 Diperlukan penanganan yang baik oleh karena kelainan ini berdampak pada kualitas hidup penderita bahkan dapat mengancam jiwa dan memerlukan tindakan emergensi.5 Angka kejadian stenosis trakea pada bayi dan anak tergolong rendah yaitu 1–8%, sebagian besar disebabkan oleh trauma akibat intubasi dalam jangka waktu yang lama. Insidens stenosis trakea meningkat pada penggunaan intubasi dengan endotaracheal tube (ETT) jangka lama.5-7 Patogenesis stenosis trakea setelah pemasangan ETT belum diketahui pasti, diduga terjadi karena nekrosis mukosa dan kartilago trakea akibat efek penekanan (pressure related effect) dan respon inflamasi yang menyebabkan pembentukan jaringan granulasi berlebihan.1,4,5,7 Gejala klinis stenosis trakea terutama sesak napas disertai stridor bifasik dan noise breathing yang mengakibatkan penderita sering didiagnosis dengan kelainan pernapasan lain misalnya asma atau bronkitis kronik.1,4,6,7 Pemeriksaan penunjang yang diperlukan yaitu fotoleher AP/lateral, pemeriksaan endoskopik fleksibel, dan Computer Tomography Scanning (CT Scan) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan ini penting untuk menilai lokasi, panjang dan luas area stenosis. Bronkoskopimerupakan standar baku emas untuk menegakkan diagnosis kelainan trakeobronkial oleh karena dapat melihat langsung lumen saluran napas. Stenosis trakea akibat lesi pasca intubasi ETT merupakan indikasi untuk dilakukan operasi baik secara endoskopik atau rekonstruksi eksternal (bedah terbuka). Teknik pembedahan eksternal antara lain split graft, reseksi dan end to end anastomosis atau trakeofisur disertai pemasangan T tubesilikon.1,4-7 Tujuan penulisan kasus ini adalah melaporkan seorang anak dengan diagnosis stenosis trakea akibat intubasi ETT yang dilakukan penanganan dengan teknik trakeofisur dan pemasangan T tubesilikon.
Keyword :
Stenosis Trakea, Teknik Trakeofisur, Pemasangan T-tube Silikon,
References :
Rutter MJ, Cohen AP, Alarcon A,(2014) Laryngeal stenosis. In : Johnson JT, Newlands SD, eds. Bailey’s Head & neck surgery – Otolaryngology. 5th ed.Vol 1 p. 1361-70 : Lippincott Williams & Wilkins
Rosen CA, Simpson CB, ed,(2008) Operative techniques in laryngology. p. 289-98 : Springer
Sandhu GS, Nouraei SAR,(2014) Management of benign laryngotracheal stenosis in adult. In : Kirtane MV, deSouza CE, Bhattacharyya AK, Nerurkar NK, ed. Laryngology: otorhinolaryngology – head and neck surgery series. 3rd ed. p. 241-59 : Uttar Pradesh India: Thieme medical and scientific publishers private
McMurray JS,(2012) Management of chronic airway obstruction. In : Wetmore RF, Muntz HR, McGill TJ, eds. Pediatric otolaryngology: principles and practice pathways. 2nd ed. p. 771-87 : New York: Thieme medical publishers
Ostrower ST, Rahbar R,(2014) ediatric airway stenosis: minimally invasive approaches. In : Bluestone CD, Simons JP, Healy GB, eds. Bluestone and stool’s:
Archive Article
| Cover Media | Content |
|---|---|
 Volume : 10 / No. : 1 / Pub. : 2017-01 |
|
