MOZAIK HUMANIORA
ISSN 2442-8469
Vol. 15 / No. 1 / Published : 2015-01
Order : 6, and page :67 - 79
Related with : Scholar Yahoo! Bing
Original Article :
“we are luckier than them”: the reading of trans7’s orang-orang pinggiran by kampung people in surabaya
Author :
- Firza Aidil Firmansyah*1
- Arum Budiastuti*2
- Dosen Fakultas Ilmu Budaya
- Dosen Fakultas Ilmu Budaya
Abstract :
Poorism’ or ‘poverty porn’ refers to activities, mostly for entertainment purposes, which feature poor people in their ‘natural settings’ as public spectacle. Slum tourism businesses in many parts of the world have invited criticism from many scholars regarding to ethics and other issues. This paper attempts to discuss a form of slum tourism consumption through the media, which is television. More specifically, the study aims to examine how audiences consume Trans7’s Orang-Orang Pinggiranand relate their social backgrounds in their viewing experience. Adopting qualitative method, this research recruited seven respondents whose age ranged from 22–75 years old, all coming from low- income family. The semi-structured interviews conducted for several months in 2014 revealed that the respondents display various reading positions: dominant-hegemonic, negotiated, and oppositional readings toward the program. The study found that the frequency of watching the show did not affect the way respondents decode the message delivered by the producer. Another finding is that they differentiate themselves or considered themselves having better fate from the people featured in the show, although they are roughly in similar conditions. Finally, it is argued that the reality TV constructed a certain ideology about poor people which is loaded with stereotypes, one of which is that poor people could not struggle by themselves and improve their conditions without assistance.Keywords: Audience, Decoding, Poverty, Reality TV, Social ClassAbstrak‘Poorism’ atau ‘poverty porn’ mengacu pada segala program atau aktivitas untuk menjadikan penduduk miskin dengan segala latar natural mereka sebagai tontonan atau konsumsi publik. Usaha pariwisata daerah kumuh di berbagai belahan dunia telah mengundang kritik dari banyak akademisi yang meyoroti masalah etika dan isu-isu lainnya. Tulisan ini mencoba untuk membahas bentuk konsumsi pariwisata kumuh melalui media televisi. Lebih khusus lagi, penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana khalayak/pemirsa mengonsumsi Orang-Orang Pinggiran di stasiun Trans7 dan menghubungkan status sosial mereka dalam pengalaman menonton mereka. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini merekrut tujuh responden yang usianya berkisar antara 22 - 75 tahun, semua berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Wawancara semi-terstruktur yang dilakukan selama beberapa bulan pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa responden menampilkan berbagai posisi pembacaan: dominan- hegemonik, negosiasi, dan oposisi. Studi ini menemukan bahwa frekuensi menonton acara tersebut tidak mempengaruhi cara responden memaknai pesan yang disampaikan oleh produser. Temuan lain adalah bahwa mereka membedakan diri atau menganggap diri mereka memiliki nasib yang lebih baik dari orang-orang ditampilkan dalam acara itu, meskipun mereka berada di kondisi yang lebih kurang sama. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah bahwa program televisi tersebut membangun ideologi tertentu tentang orang-orang miskin yang sarat dengan stereotip. Salah satunya adalah bahwa orang miskin tidak bisa berjuang sendiri dan memperbaiki kondisi mereka tanpa bantuan orang lain.Kata kunci: decoding, kelas sosial, kemiskinan, pemirsa, reality TV
Keyword :
decoding, kelas sosial, kemiskinan, pemirsa, reality TV,
References :
Lindemann, K,(2007) The Impact of Objective Characteristics on Subjective Social Position (1): 54-68 : Trames 11
Archive Article
| Cover Media | Content |
|---|---|
 Volume : 15 / No. : 1 / Pub. : 2015-01 |
|
