Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
ISSN 1412-8853
Vol. 4 / No. 3 / Published : 2006-09
Related with : Scholar Yahoo! Bing
Original Article :
Hubungan dokter-pasien di unit rawat jalan dan rawat inap rumah sakit pelabuhan surabaya
Author :
- Nunung Nugroho*1
- Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya
Abstract :
“ Dokter A (ahli kandungan) sangat tidak bersahabat, kaku sekali sehingga saya segan untuk menanyakan penyakit saya”. “ Dr B (ahli kandungan) tidak menanggapi keluhan saya, sesudah saya dioperasi oleh beliau tampaknya sangat galak “. “ Setelah saya diperiksa Drg C(dokter gigi rawat jalan), dia meninggalkan saya tanpa penjelasan”. (Survei Kepuasan customer RS Pelabuhan Surabaya, 2005) Keluhan diatas hanya sebagian saja dari hasil survei kepuasan customer di RS Pelabuhan Surabaya yang rutin dilakukan setiap tiga bulan oleh bagian Perencanaan dan Pengembangan RS Pelabuhan Surabaya. Hasil ini selalu ditindak-lanjuti dan dilaporkan pada manajemen, untuk mendapat perhatian. Bila dicermati lebih lanjut hasil survei tersebut, masih ada beberapa hal yang cukup memprihatinkan di pelayanan rawat jalan yaitu 20,4% responden tidak mendapatkan penjelasan saat dokter melakukan pemeriksaan, 21,9% responden tidak mendapat penjelasan obat yang diberikan dan 10% responden tidak mendapat penjelasan penyakitnya. Untuk rawat inap, keluhan terbesar adalah 75,2% responden merasa bahwa visite yang dilakukan oleh dokter sangat singkat, 39,3% tidak mendapat penjelasan pada saat dilakukan pemeriksaan medis dan 41% responden tidak mendapat penjelasan mengenai obat yang diberikan pada responden. Walaupun penilaian ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit dari keseluruhan hasil survei hanya menunjukkan 3,5% dari keseluruhan responden, namun yang terbesar adalah ketidakpuasan terhadap pelayanan dokter yang sebenarnya merupakan ujung tombak dari pelayanan rumah sakit. Dilihat dari komposisi responden tersebut, 32,1% berpendidikan S1, 25,5% D3 dan 2,9% adalah S2. Umur responden terbanyak pada masa produktif dan dipuncak karir mereka (31-40 tahun) dan 53,3% berpenghasilan antara Rp1,5 juta – Rp3 juta. Oleh karena itu, pihak manajemen seharusnya memberi perhatian lebih serius kepada perilaku dokternya. Dalam jangka panjang tentu saja tidak menguntungkan bagi rumah sakit, dan para pasien tersebut dengan bebas akan mencari pelayanan yang lebih memuaskan. Melihat data yang ditemukan dalam survei diatas, masalah terbesar yang terlihat adalah hubungan atau interaksi antara pasien dan dokter. Bagi masyarakat awam seorang dokter dianggap mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit sehingga dia berwenang melakukan tindakan terhadap diri si sakit demi pencapaian kesembuhannya. Berdasarkan pandangan dan harapan si sakit ini terhadap fungsi dan peran dokter terjadilah interaksi dokter-pasien yang bersifat profesional. Namun seringkali interaksi ini tidak seimbang, dokter yang aktif memberikan gagasan tindakan dan mengambil inisiatif bertindak, sedangkan pasien secara pasif menerima saran dan mematuhi instruksi dokter. Komunikasi merupakan kunci keberhasilan pada hubungan antara dokter-pasien dalam menangani keluhan pasien, dan mutu komunikasi tergantung pada hasil pendidikan dan kemahirannya dalam bidang kedokteran, unsur pribadi dokter itu sendiri serta harapan atau pandangan pasien (masyarakat) yang dilayani. Dan keberhasilan komunikasi ini akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses penyembuhan pasien.
Keyword :
References :
Cockerham,(1978) Medical Sociology New Jersey : Prentice Hall
C. William,(1978) Medical Sociology New Jersey : Prentice Hall
Komite Pengembangan Rs Pelabuhan Surabaya,(2005) Executive Summary Hasil Survei Kepuasan Customer Terhadap Pelayanan Rawat jalan dan Rawat Inap RS. Pelabuhan Surabaya Surabaya : RS. Pelabuhan Surabaya
Solita Sarwono,(2004) Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Archive Article
Cover Media | Content |
---|---|
![]() Volume : 4 / No. : 3 / Pub. : 2006-09 |
|