MOZAIK HUMANIORA
ISSN 2442-8469
Vol. 14 / No. 1 / Published : 2014-01
Order : 10, and page :119 - 136
Related with : Scholar Yahoo! Bing
Original Article :
Social capital in conflict management after the 1999 ambon tragedy
Author :
- Zuly Qodir*1
- Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta
Abstract :
Konflik komunal di Ambon tahun 1999 meluas hampir ke segala wilayah Maluku. Korban manusia dan kerugian material tidak terelakkan. Bahkan, korban terus bertambah sampai dengan tahun 2012. Namun, penelitian tentang konflik di Ambon belum cukup memuaskan banyak pihak berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang memang belum tuntas terjawab. Di antaranya adalah pertanyaan tentang latar belakang konflik, relasi-relasi antarkelompok di Ambon yang berbeda identitas sosial dan kulturalnya, dan fungsi nilai-nilai kultural dalam proses integrasi sosial pascakonflik. Dalam kajian ini pembahasan tentang kearifan lokal mendapatkan perhatian serius. Oleh karena itu, tulisan berikut ini menggunakan metode penelitian deskriptif berdasarkan data literatur yang telah banyak ditulis para peneliti dalam negeri maupun peneliti asing. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam dengan para tokoh masyarakat, dan observasi berperan serta sejak tahun 1999 hingga 2012 di kota Ambon. Penelitian ini menunjukkan bahwa konflik kekerasan mudah menjalar dan sangat besar terjadi, bahkan sampai tahun 2012 pun konflik terus terjadi, sekalipun tidak sebesar ketika tahun 1999. Pemahaman terhadap konflik di Ambon seringkali menggunakan perspektif pemerintah pusat.Social capital sebenarnya mampu menjadi perekat masyarakat Ambon yang telah terlanjur hancur dengan dentuman konflik bernuansa agama yang dahsyat tersebut, yang tidak diketahui dengan baik. Mekanisme lokal yang dapat dijadikan sarana perdamaian seharusnya tidak didasarkan pada kekuatan militer atau aparat keamanan sebagaimana biasa terjadi.Kata kunci: Ambon, kapital sosial, kearifan lokal, konflikAbstractCommunal conflict in Ambon in 1999 extends almost in all regions of Maluku. Human casualties and material losses were inevitable. In fact, the number of victims continued to rise until 2012. However, research on the conflict in Ambon has not sufficiently satisfied many parties with regard to the questions that are not yet fully answered. Among them are questions about the background of the conflict, the relations between groups in Ambon different social and cultural identity, and function of cultural values in the process of social integration after the conflict. In this research the discussion of local knowledge receives serious attention. Therefore, this research used descriptive research method based on previous data collected by a number of domestic and foreign researchers. Besides, this research employed interviews with community leaders and field observation and participation from 1999 to 2012 in the city of Ambon. This study shows that violent conflict was spreading and significant; even until 2012 the conflict continued to occur, though it was not as much as that in 1999. The understanding of the conflict in Ambon often uses the perspective of the central government. Social capital is actually able to attach Ambonese which have already destroyed by the terrifying religious conflicts, which is not well known. Local mechanisms that can be used as a means of peace should not be based on military or security forces as commonly done in the past.Keywords: Ambon, conflict, local wisdom, social capital
Keyword :
Ambon, conflict, local wisdom, social capital,
References :
Rozi, Syafuan,(2006) Merentas Jalan Panjang Perdamaian: Negara & Masyarakat dalam Resolusi Konflik (1): 77 : Jurnal Penelitian Politik
Archive Article
| Cover Media | Content |
|---|---|
 Volume : 14 / No. : 1 / Pub. : 2014-01 |
|
