UNIVERSITAS AIRLANGGA



Detail Article

Masyarakat, Kebudayaan dan Politik

ISSN Lama 0216-2407, Baru 2086-7050

Vol. 22 / No. 2 / Published : 2009-04

Order : 11, and page :179 - 187

Related with : Scholar   Yahoo!   Bing

Original Article :

Pedagang dan revitalisasi pasar tradisional di surabaya: studi kasus pada pasar wonokromo dan pasar tambah rejo, surabaya

Author :

  1. Martinus Legowo*1
  2. FX Sri Sadewo*2
  3. M. Jacky*3
  1. Prodi Sosiologi, FIS, UNESA. Gedung I 7 Kampus Unesa Jl. Ketintang Surabaya. Telp: (031) 8280009.
  2. Prodi Sosiologi, FIS, UNESA. Gedung I 7 Kampus Unesa Jl. Ketintang Surabaya. Telp: (031) 8280009
  3. Prodi Sosiologi, FIS, UNESA. Gedung I 7 Kampus Unesa Jl. Ketintang Surabaya. Telp: (031) 8280009

Abstract :

Saat terjadi revitalisasi pasar, pedagang tradisional Pasar Wonokromo dan Tambah Rejo menghadapi tiga masalah besar yakni, akses politik yang lemah, rentan stres dan kesulitan modal. Secara umum pedagang tradisional baik di Pasar Wonokromo dan Tambah Rejo memiliki akses politik yang minimalis. Di ke dua pasar tersebut, pedagang tradisional hanya ditopang satu organisasi berupa Himpunan Pedagang Pasar (HPP) atau Kumpulan Pedagang Pasar (KPP). Konsekuensinya daya tawar pedagang tradisional amat lemah ketika berhadapan dengan kepentingan Pe¬merintah Kota Surabaya, pengembang. Pemkot lebih memihak pada pengembang dan pedagang besar (pemain besar). Pemkot lebih memilih pasar modern ketimbang pasar tradisional. Pemkot menjadikan pasar modern sebagai ikon pem¬bangun¬¬an Tak hanya Pemkot Surabaya yang mengabaikan eksistensi pedagang tradi¬sional, lembaga legislatif seperti DPRD Kota Surabaya turut me¬minggirkan pedagang tradisional. Walaupun demikian organisasi pedagang tradisional itu masih bisa melakukan per¬lawanan. Dibandingkan dengan Pasar Tambah Rejo, organisasi pedagang di Pasar Wono¬kromo lebih aktif melawan. Posisi tawar pedagang tradisional Wonokromo pun lebih kuat di¬banding pedagang tradisional di Pasar Tambah Rejo. Mayoritas pedagang mengalami kondisi stres karena mahalnya stan/kios, iuran sampan, listrik, keamanan. Selain itu yang membuat mereka semakin tertekan adalah hilangannya pelanggan. Pasca kebakaran dan lama beejualan di penampungan serta pembangunan pasar yang memakan waktu lama. Hal ini membuat pelanggan beralih ke tempat, pasar dan pedagang lainnya. Demikian juga pedagang tradisional di Pasar Wonokromo mengeluhkan posisi stan di lantai bawah, dan rata-rata pedagang tradisional di pasar lama mendapat stan di belakang; sehingga membuat mereka tidak dilirik pembeli. Sementara stan strategis justru dikuasai oleh pedagang baru yang memiliki modal besar. Mereka mengalami kebangkrutan, menjual mobil, rumah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pedagang tradisional umumnya takut meminjam uang di bank karena dalam banyak kasus stan disegel oleh bank. Pedagang tradisional rata-rata kesulitan membayar uang cicilan bulanan karena sepihnya pembeli, hilangnya pe¬lang¬gan. Ada sebagian kecil pedagang yang masih memiliki pelanggan tetap, se¬bagian besar sudah tak punya pelanggan. Di Pasar Wonokromo pembeli lebih memilih belanja ke mal di atas kios pedagang tradisional. Sementara di Pasar Tambah Rejo, pembeli beralih ke PKL dan pedagang tradisional di luar Pasar Tambah Rejo yang baru.

Keyword :

Revitalisasi Pasar, Pedagang, Stress, Strategi Adaptif,


References :

L. Castles,(1982) Tingkah Laku Agama, Politik dan Ekonomi di Jawa. Industri Rokok Kudus Jakarta : Sinar Harapan

N. Denzin,(1990) Introduction: Entering the Filed of Quali¬tative Research London and New York : Hand Book of Qualitative Research

Y. Lincoln,(1990) Introduction: Entering the Filed of Quali¬tative Research London and New York : Hand Book of Qualitative Research

C. Geertz,(1963) Peddlers and Princes. Social Development and Eco¬no¬mic Change in Two Indonesian Towns Chicago and London : The University of Chicago Press

Kompas Kompas,(2001) Pungli Merajalela di Pasar Tradisional . : Kompas 22 Juni. Hal. 20. Kol. 1-5

Kompas Kompas,(2002) Pasar Tradisional Memprihatinkan, Masyarakat Lebih Memilih Be¬lanja di Pasar Swalayan : Kompas 31 Mei. Hal. 31. Ko. 1-5.

Kompas Kompas,(2003) Hipermarket Ancam Peritel Kecil : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0301/29/ekonomi/102362.htm

Kompas Kompas,(2004) Besarnya Peminat Super¬mar



Archive Article

Cover Media Content

Volume : 22 / No. : 2 / Pub. : 2009-01
  1. Balinese Women And Identities: Are They Trapped In Traditions,globalization Or Both?
  2. Konstruksi Identitas Perempuan Dalam Majalah Cosmopolitan
  3. Pemanfaatan Jamu Madura Oleh Perempuan Di Kabupaten Bangkalan
  4. Fenomena Bias Gender Dalam Pemakaian Bahasa Indonesia
  5. Hambatan-hambatan Struktural-kultural-personalanggota Legislatif Perempuan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
  6. Penguatan Hak-hak Buruh Migran Melalui Pelibatan Community Based Organization Sebagai Upaya Pencegahan Perdagangan Perempuan Di Madura
  7. Strategi Sinergi Untuk Memberdayakan Bumn Di Indonesia
  8. Partisipasi Masyarakat Pada Pengelolaan Hutan Di Kawasan Gerakan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (gerhan) Pasuruan Jawa Timur
  9. Monitoring Dan Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan Di Kota Surabaya
  10. Perencanaan Paket Wisata Atau Tur
  11. Pedagang Dan Revitalisasi Pasar Tradisional Di Surabaya: Studi Kasus Pada Pasar Wonokromo Dan Pasar Tambah Rejo, Surabaya